Wagir Gelar Tradisi Tawur Agung Ogoh-Ogoh
Menyambut Tahun Baru Caka 1947 dan Hari Raya Nyepi, Dusun Losari, Desa Sidorahayu, Kecamatan Wagir, menjadi pusat kegiatan Tawur Agung Ogoh-Ogoh. Tradisi ini merupakan bagian dari rangkaian ritual Hindu yang digelar sehari sebelum Nyepi untuk mengusir roh-roh jahat dan menetralisir energi negatif agar kehidupan di tahun mendatang lebih damai dan harmonis.
Kegiatan Tawur Agung ini dihadiri oleh Wakapolsek Wagir (Ibu IPTU Yulistiana Sri Iriana ,S.H.M.H, Danramil Wagir ( Bpk Kapten Inf.Ignatius Sriyadi) ,Kepala Desa Sidorahayu (Bpk Nur Samiaji ) beserta jajaran, Bhabinkamtibmas Desa Sidorahayu ( Aipda Aris.S.) , Babinsa desa Sidorahayu (Sertu Muslim) , Sekdes Bpk Mayong , Staf kecamatan Wagir (Bpk. Mariadi dan Bpk Iwan) , Ketua PHDI Dusun Losari ( Bpk Jadi Santoso) ,Krua PHDI Dusun Ampelsari ( Bpk Agus Wahyudi) ,Kasun Losari ( Bpk Mariadi ) Panitia Ogoh-ogoh, Linmas Desa Sidorahayu , Anggota Rapi, Relawan RMB, Relawan AMB , Relawan Pecalang kecamatan Wagir, Relawan WWG dan warga masyarakat setempat.
Kemeriahan acara dimulai dari Dusun Jamuran, Desa Sukodadi, dengan persembahyangan di Pura Darmayasa sebagai langkah awal sebelum pawai ogoh-ogoh dimulai. Setelah melakukan ritual suci, peserta pawai membawa ogoh-ogoh menuju Desa Sidorahayu sebagai titik akhir perjalanan sekaligus lokasi pembakaran ogoh-ogoh.
18 Ogoh-Ogoh Siap Memeriahkan Pawai
Sebanyak 18 ogoh-ogoh hasil kreasi masyarakat Desa Sidorahayu turut serta dalam pawai ini. Setiap ogoh-ogoh dibuat dengan bentuk dan simbol yang mencerminkan tokoh-tokoh raksasa dan makhluk jahat yang digambarkan sebagai representasi energi negatif. Ogoh-ogoh ini dibuat dengan berbagai bahan seperti bambu, kertas, dan sterofoam, serta dihias dengan cat warna-warni yang mencolok.
Tidak hanya menonjolkan kreativitas warga, pembuatan ogoh-ogoh ini juga memperkuat kebersamaan dan gotong-royong antarwarga. Selama berminggu-minggu, para pemuda dan pemudi Desa Sidorahayu bekerja sama merancang dan membuat ogoh-ogoh dengan penuh semangat ,'ujar bhabinkamtibmas desa Sidorahayu Bapak Aipda Aries.S.
Prosesi Pawai: Rute dan Kemegahan Pawai Ogoh-Ogoh
Setelah persembahyangan di Pura Darmayasa selesai, pawai ogoh-ogoh dimulai dengan rute yang melewati Dusun Jamuran, Desa Sukodadi, dan berakhir di lapangan Dusun Losari, Desa Sidorahayu. Sepanjang rute, warga berjejer di pinggir jalan untuk menyaksikan pawai ini. Suasana riuh penuh semarak terdengar dari tabuhan gamelan tradisional Bali yang mengiringi pergerakan ogoh-ogoh raksasa.
Para peserta pawai, yang mengenakan busana adat Bali, membawa ogoh-ogoh dengan irama teratur. Mereka berputar, menggoyang, dan mengangkat ogoh-ogoh dengan gerakan khas yang dikenal sebagai “ngrupuk.” Gerakan ini bertujuan untuk menciptakan ilusi bahwa ogoh-ogoh hidup dan sedang mengusir kekuatan jahat.
Lapangan Dusun Losari: Titik Akhir dan Pembakaran Ogoh-Ogoh
Puncak acara terjadi di lapangan Dusun Losari, Desa Sidorahayu, yang menjadi tempat pembakaran ogoh-ogoh. Setelah tiba di lokasi, ogoh-ogoh yang telah diarak sepanjang rute pawai langsung dibakar sebagai simbol penghancuran segala energi negatif. Kobaran api yang melahap ogoh-ogoh tersebut menciptakan pemandangan dramatis yang penuh makna spiritual bagi masyarakat Hindu setempat.
Pembakaran ini memiliki filosofi mendalam, yaitu melambangkan pembersihan diri dan lingkungan dari unsur-unsur jahat sebelum memasuki Tahun Baru Caka. Setelah ogoh-ogoh dibakar, masyarakat akan menjalani Tapa Brata Penyepian, yakni berpuasa, berdiam diri, dan merenung selama 24 jam untuk mencapai keseimbangan batin dan ketenangan jiwa.
Pengamanan dan Dukungan Aparat
Agar prosesi Tawur Agung Ogoh-Ogoh berjalan dengan aman dan lancar, Polsek Wagir bekerja sama dengan Babinsa Sidorahayu Bapak Muslim, Bhabinkamtibmas Desa Sidorahayu Bapak Aries, Pemerintah Desa Sidorahayu, dan Linmas Desa Sidorahayu. Wakapolsek Wagir, Ibu Yulis juga hadir langsung di lokasi untuk memantau situasi dan memberikan dukungan keamanan.
Petugas keamanan berjaga di sepanjang rute pawai dan lokasi pembakaran ogoh-ogoh guna memastikan kegiatan berlangsung tertib dan tanpa gangguan. Kehadiran aparat ini memberikan rasa aman bagi warga yang mengikuti maupun menyaksikan prosesi tersebut.
Makna Hari Raya Nyepi bagi Masyarakat Hindu
Setelah prosesi Tawur Agung Ogoh-Ogoh selesai, masyarakat Hindu akan melaksanakan empat pantangan utama selama Hari Raya Nyepi, yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelangunan (tidak bersenang-senang). Hari Raya Nyepi merupakan momen introspeksi dan perenungan diri yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan hidup antara manusia, alam, dan Tuhan.
Kesimpulan
Dan yang menjadi nilai utama dalam Kegiatan tersebut adalah terjalinnya Toleransi Antar Umat beragama yang saling membantu satu dengan yang lainnya.
Dengan berakhirnya prosesi Tawur Agung Ogoh-Ogoh ini, masyarakat Hindu di Desa Sidorahayu siap menyambut Tahun Baru Caka 1947 dengan hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Tags
keagamaan