" Tradisi Unjung- Unjung Saat Lebaran Di Dusun Reco: Saling Mengunjungi dan Bermaaf- maafan Ke Rumah Sanak Sodara "



Sitirejo – Lebaran di Dusun Reco, sebuah dusun yang tenang di kaki perbukitan, selalu diwarnai oleh tradisi penuh makna: unjung-unjung atau saling mengunjungi ke rumah keluarga, besan, dan saudara. Meski jarak rumah yang dituju tersebar hingga ke luar desa, semangat silaturahmi tak pernah padam.

Selama empat hari berturut-turut setelah Hari Raya Idulfitri, masyarakat di salah satu gang di Dusun Reco secara bergantian mengunjungi rumah-rumah besan dan saudara mereka. Setidaknya ada 12 rumah tangga yang mengikuti kegiatan ini, membentuk rombongan-rombongan kecil yang berangkat bersama dengan semangat kekeluargaan yang kental.

Silaturahmi Menembus Batas Kecamatan.

Tradisi unjung-unjung ini menjadi momen tahunan yang ditunggu-tunggu. Di tengah kesibukan dan jarak yang memisahkan keluarga, momen Lebaran adalah satu-satunya waktu yang memungkinkan seluruh anggota keluarga dan tetangga untuk saling bersilaturahmi, memohon maaf, dan mempererat kembali hubungan kekeluargaan.

Salah satu warga, Ibu Jamak, menjadi contoh semangat tradisi ini. Ia bersama keluarga dan tetangganya mengunjungi rumah besannya, Ibu Misini, yang tinggal di daerah JunRejo Batu. Meski jarak yang ditempuh cukup jauh, hal itu tidak menjadi penghalang. "Setiap Lebaran saya pasti ke sana, karena momen ini penting buat menjaga hubungan keluarga," ujar ibu Jamak.

Tak hanya Ibu Jamak, Bapak Juari juga tak ketinggalan. Ia bersama rombongan berangkat ke Kecamatan Blimbing untuk mengunjungi besannya Bapak Tjito. "Kami rombongan, ganti-gantian. Hari ini ke Blimbing, besok ke tempat yang lain. Karena kalau sendiri-sendiri ya capek, dan kurang ramai juga," tutur Bapak Juari.

Kunjungan Bergilir Empat Hari Berturut-turut

Karena jarak antar rumah besan yang cukup jauh dan tidak mungkin dikunjungi dalam satu hari, warga di dusun tersebut telah membuat jadwal kunjungan bergilir selama empat hari berturut-turut setelah Idul fitri. Hari pertama biasanya diisi dengan kunjungan ke rumah-rumah yang berada di dalam dusun, lalu hari-hari berikutnya untuk kunjungan luar desa.

Ibu Warsih, misalnya,  dapat mengunjungi besan anaknya  Bapak Bawon yang tinggal di Desa Jedong. "Kalau semua rumah disambangi dalam satu hari, bisa-bisa baru sampai rumah malam sekali. Jadi kami atur jadwalnya biar teratur dan tidak melelahkan," kata Ibu Warsih sambil tersenyum.

Sementara itu, Bapak Marsudi dan keluarga mendapat giliran mengunjungi besannya Bapak Jupri yang di Desa Tlogowaru pada hari keempat. "Kami biasanya ngumpul dulu pagi-pagi, baru berangkat bareng. Nanti di rumah besan, kita saling minta maaf, makan bareng, terus ngobrol-ngobrol sampai siang," jelasnya.

Kebersamaan dalam Perjalanan

Salah satu hal yang menarik dari tradisi ini adalah kebersamaan selama perjalanan. Mereka biasanya berangkat dalam satu rombongan, naik kendaraan bersama atau konvoi sepeda motor. Anak-anak, orang tua, hingga cucu-cucu turut serta, menciptakan suasana riang dan penuh kehangatan.

"Kalau berangkat bareng itu rasanya lebih ringan, capeknya enggak kerasa. Kadang sambil nyanyi di jalan, anak-anak juga jadi senang," ungkap Ibu Yuni yang ikut rombongan ke Jedong.

Selain mempererat silaturahmi, unjung-unjung ini juga menjadi ajang berbagi cerita, mengenalkan anggota keluarga baru, dan mengenang masa lalu. Tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga hubungan kekeluargaan, sekaligus menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan.

Tradisi yang Harus Dilestarikan

Masyarakat Dusun Reco menyadari bahwa di tengah arus modernisasi dan kehidupan serba cepat, tradisi semacam ini harus terus dilestarikan. Bagi mereka, unjung-unjung bukan hanya soal kunjungan fisik, tapi juga bentuk kepedulian dan ikatan emosional antar keluarga besar.

"Kami berharap tradisi ini terus diteruskan oleh anak-anak kami. Karena silaturahmi itu adalah salah satu bentuk ibadah juga. Dan ini jadi momen yang ditunggu-tunggu setiap tahun," kata Bapak Marsudi.

Meskipun membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya, warga Dusun Reco tetap menjalani tradisi ini dengan penuh keikhlasan dan kebahagiaan. Karena pada akhirnya, yang mereka cari bukan sekadar kunjungan, tapi kebersamaan dan kehangatan dalam momen suci Lebaran.

Penutup

Tradisi unjung-unjung di Dusun Reco adalah contoh nyata bagaimana budaya lokal masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Semoga semangat silaturahmi yang mereka jaga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, untuk terus menjaga hubungan antar keluarga, tetangga, dan sesama, terutama di momen Lebaran yang suci ini.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال